SMP KATOLIK YOHANES GABRIEL BLITAR

Sabtu, 22 Oktober 2011

Internet sebagi "Pusat Layanan Sumber Belajar"

Era internet telah mengubah banyak hal. Arus informasi yang begitu deras disertai pertukaran pesan yang begitu massif menjadikan dunia seolah tanpa batas. Internet telah menjadikan banyak orang tak ubahnya hidup di kampung global (global village).  Sebagai teknologi informasi yang mampu menjembatani beragam urusan, internet juga makin melekat dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa makin bergantung pada internet.’
Beragam hal dicari dan dilakukan dengan media internet. Mulai dari sekadar browsing, mengobrol (chatting), mengunduh data, gambar, lagu, hingga perangkat lunak (downloading), mengirim pesan melalui e-mail, hingga bermain game on line. Tidak hanya itu, internet juga menghubungkan banyak orang ke dalam komunitas maya melalui media sosial (social media) seperti Facebook, Twitter, Friendster, dan lainnya.

Internet juga memunculkan cara pandang baru dalam melakukan aktivitas harian. Pedagang dan pembeli kini tidak harus bertemu langsung. Sebab, ada fitur layanan bernama e-commerce. Perdagangan barang melalui dunia maya ini makin marak seiring makin amannya bertransaksi melalui internet. Para siswa kini juga tidak harus mendatangi perpustakaan untuk mendapatkan bahan bacaan. Berkat jasa besar dari mesin pencari (search engine) seperti Google, para siswa cukup berselancar untuk mendapatkan beragam informasi melalui internet. Inilah yang kemudian mendorong munculnya e-education.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa internet telah menjadi sumber informasi. Internet adalah pusat informasi yang multi bidang. Semua aspek kehidupan baik yang berdampak positif maupun negatif dapat diakses dan diperoleh dari internet. Karenanya, pemanfaatan internet untuk pendidikan menjadi makin penting guna mengarahkan siswa atau peserta didik agar menjadikan media tersebut secara positif.
Popularitas e-education terus naik seiring makin akrabnya kalangan pendidik untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Kondisi tersebut juga didukung oleh makin banyaknya laman internet yang menyediakan layanan e-education. Situs e-education ini ada yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) maupun pihak swasta yang memiliki perhatian khusus untuk mengembangkan layanan pendidikan virtual berbasis internet.
Pemanfaatan internet sebagai Pusat sumber belajar juga sejalan dengan perubahan paradigma pendidikan yang terjadi saat ini. Dulu, guru menjadi pusat instruksi (teacher-centered instruction). Kini, kondisinya berubah menjadi siswa yang menjadi pusat instruksi (student- centered instruction). Dahulu, guru berperan besar mengantarkan pesan kepada siswanya. Sekarang, justru dikembangkan pertukaran pesan antara guru dengan siswa dalam membahas materi pelajaran. Perubahan paradigma ini juga dipengaruhi lahirnya teknologi multimedia yang mengganting cara pengajaran lama yang hanya bermedia tunggal (single media).
Era multimedia yang masuk ke ruang-ruang kelas telah menggeser papan tulis dengan monitor komputer. Melalui monitor komputer yang terkoneksi internet, guru dan siswa bisa menggali materi pengajaran dalam bentuk teks, visual, dan audio. Pelan namun pasti, guru dan siswa makin intensif berinteraksi dan mempertukarkan isi pikirannya. Interaksi maupun dialog antara guru dengan siswa semacam ini dahulu sulit terjadi. Penyebabnya, sang guru sibuk menuliskan materi ajar di papan tulis dan para siswa menuliskannya di buku.
 
Era multimedia
Pemanfaatan internet sebagai sumber belajar bisa dipilah ke dalam 3 (tiga) tingkatan yakni: sederhana, menengah, dan tinggi. Pada tingkat sederhana, unsur pembelajaran masih didominasi tatap muka. Hanya saja, guru menyisipkan materi berupa file yang berbentuk soft copy  baik itu pdf, video, doc, dan lainnya sebagai bahan belajar mandiri. Penugasan dari guru juga sudah mulai dikumpulkan menggunakan email.
Untuk tingkatan menengah, unsur tatap muka mulai dikurangi prosentasenya, beberapa materi diunggah (upload) di dunia maya. Guru juga menyediakan referensinya. Tugas-tugas bagi siswa sudah diberikan melalui internet melalui saluran e-mail, blog, dan lainnya. Para siswa juga diharuskan mengumpulkan tugas-tugas tersebut lewat internet.
Pada tingkat tinggi, penggunaan internet oleh guru dan siswa sudah makin optimal. Di sini, guru dan siswa berinteraksi melalui Learning Management System (LMS). Melalui LMS, proses pembelajaran sudah berada di dunia maya secara penuh. Distribusi materi pembelajaran, bimbingan dan penugasan sudah sepenuhnya menggunakan sarana LMS tersebut. Peran guru hanya sebagai sutradara di dunia maya.
Di masa mendatang, pemanfaatan LMS sebagai sarana pembelajaran akan semakin meluas. Hal ini tentu saja akan sangat membantu tugas para guru dalam mendidik siswanya. Namun, pertemuan tatap muka di kelas tetap harus ada sebagai bentuk kendali antara pendidik dengan siswa yang dididik. Sebab, penggunaan LMS tidak lantas menjadikan para siswa mandiri secara penuh. Pada tahap inilah, pihak sekolah serta guru harus mampu mengelola waktu dan metode pengajaran yang dinilai bisa menguntungkan siswa. Jangan sampai, pemanfaatan internet sebagai sumber belajar malah menjadikan para guru enggan atau kesulitan berinteraksi dengan siswanya secara verbal di depan kelas.
Penting untuk disadari bahwa keberadaan internet maupun LMS hanyalah sebagai pendukung dalam aktivitas pembelajaran dan pengajaran. Sebagai makhluk sosial, guru maupun siswa tetap harus memiliki ruang dan waktu untuk saling berinteraksi secara tatap muka. Pemanfaatan internet sebagai Pusat sumber belajar juga bisa diartikan sebagai perluasan daya jangkau manusia (the extension of man). Jadi, melalui internet jarak yang jauh bisa didekatkan, dan beragam aneka sumber bisa di ‘collect’ dengan mudah serta tugas-tugas bagi siswa bisa didistribusikan secara personal dan mekanisme penilaian atas tugas juga bisa lebih cepat diselesaikan.
Sejalan dengan hal di atas, para guru tetap dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan internet, para guru diharapkan mampu mentransfer ilmu lebih efektif dan efesien kepada para siswanya. Dengan begitu, tujuan mulia pendidikan akan tercapai dengan waktu relatif singkat tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal. Guna mewujudkan hal tersebut, ada sejumlah tips yang bisa dijadikan pegangan bagi para guru yakni:
  • Buatlah jadwal khusus untuk bermain internet. Jadwal akan memaksa kita untuk melakukan suatu kegiatan menjadi seefektif dan seefisiensi mungkin serta mengurangi perilaku negatif yang akan membuat jadwal internet kita menjadi membengkak.
  • Kumpulkan, susun dan pilihlah kata kunci spesifik yang akan kita gunakan dalam mencari sumber belajar. Maraknya situs sampah akhir-akhir ini membuat proses pencarian menjadi sulit ditemukan maka hindarilah menggunakan kata kunci umum untuk mencari suatu sumber belajar.
  • Belajar dan buatlah blog sebagai salah satu catatan untuk menyimpan arsip-arsip dan atau sebagai administrasi dalam menjalankan profesi guru. Pengarsipan administrasi dalam bentuk hardcopy memiliki banyak kelemahan, diantaranya; a) memerlukan tempat yang relatif luas, b) sulit dan lama jika ingin membuka-buka arsip lama, c) Mudah hilang. Jika arsip tersebut disimpan pada media blog maka orang lain juga berkesempatan untuk membaca sebagai bahan kajian mereka ataupun sekedar referensi dan ikut membantu menemukan kekurangannya.
  • Bergabunglah di grup, forum atau milis guru sebagai sarana diskusi antar para pendidik. Dengan begitu guru akan mudah untuk menyampaikan masalah, pengalaman dan idenya selama menjalankan profesinya. Dan bahkan mampu membuka wawasan guru tentang dunia pendidikan secara luas ketika terhubung dengan guru-guru lain yang datang dari berbagai latar permasalahan dan pengalaman.
  • Buatlah review untuk siswa terhadap suatu situs yang pernah guru kunjungi. Hal ini sangat bermanfaat bagi guru atau pun siswa dalam belajar suatu materi yang mungkin saja hal itu sangatlah sulit untuk disampaikan dikelas dan hanya mampu dijabarkan melalui penelitian siswa sendiri dengan referensi yang kita berikan melalui review situs yang guru berikan.
  • Buatlah grup khusus mata pelajaran yang guru ajarkan sebagai sarana diskusi bersama, hal ini untuk memfasilitasi bagi siswa-siswa yang sulit mengungkapkan permasalahnya secara langsung melalui pertanyaan dikelas atau untuk menyelesaikan pertanyaan dan atau masalah yang kemudian ditemukan ketika para siswa belajar diluar kelas.
  • Manfaatkan kelebihan jejaring sosial (facebook, twitter, youtube, dll) sebagai sarana memperluas dan mengkoneksikan isu-isu pembelajaran penting yang pada pertemua  tatap muka akan di bahas secara spesifik.

Kamis, 20 Oktober 2011

Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

oleh : Hasan Chabibie

Staff PTP berbasis multimedia dan web Pustekkom Kemdiknas.
Daerah perbatasan hingga saat ini masih minim perhatian. Letaknya yang terpencil (remote area)  menjadikan daerah perbatasan sulit lepas dari stigma terbelakang. Parahnya lagi, daerah perbatasan Indonesia yang terhubung langsung wilayah negara tetangga acapkali dianggap sebagai halaman belakang. Padahal, dengan posisinya seperti itu, daerah perbatasan bisa menjadi beranda wilayah NKRI.
Seiring tingginya kesadaran akan arti penting daerah perbatasan, pemerintah Indonesia terus memberikan perhatian khusus kepada daerah ini. Perhatian khusus ini sudah seharusnya diberikan sebab hampir seluruh sektor di wilayah perbatasan mengalami ketertinggalan. Di sektor pendidikan, upaya untuk memajukan wilayah perbatasan masih terbuka luas. Terobosan yang bisa ditempuh saat ini adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 

TIK dengan berbagai pengembangannya dapat dimanfaatkan untuk mendistribusikan materi pelajaran, mensupport para guru dan siswa, hingga mengendalikan metode pengajaran dan pembelajaran jarak jauh. Pendek kata, pemanfaatan TIK untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah perbatasan bisa memangkas jarak, waktu, serta biaya. Kelebihan tersebut bisa diwujudkan sepanjang tersedianya infrastruktur yang memadai antar titik yang terhubung (point to point connection). Hal tersebut senada dengan pendapat Rosenberg (2001) yang menyatakan bahwa penggunaan TIK ada 5 (lima) pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:


  •  dari pelatihan ke penampilan
  • dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja
  • dari kertas ke "on line" atau saluran
  • fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja
  • dari waktu siklus ke waktu nyata.
Pemanfaatan TIK di daaerah perbatasan bisa pula dipahami sebagai upaya membuka pintu masuk (access point) bagi pelaku pendidikan lokal agar senantiasa terhubung dengan dunia luar. Dengan adanya keterhubungan ini arus informasi dan transfer pengetahuan bisa terus terjadi melalui saluran yang disediakan. Upaya serius untuk mewujudkan hal tersebut saat ini telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) melalui pengembangan infrastruktur berbasis TI dengan nama Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Melalui Jardiknas inilah, seluruh pelaku pendidikan lokal bisa terkoneksi satu sama lain secara on line melalui fasilitas electronic education (e-education). Poin akses untuk e-education ini salah satunya dilakukan melalui portal rumah belajar (http://belajar.kemdiknas.go.id).

Langkah awal meningkatkan mutu pendidikan di daerah perbatasan ini bisa dimulai dengan melatih para guru. Mereka inilah agen perubahan yang harus didukung penuh untuk makin sadar teknologi. Kemampuan para guru untuk memanfaatkan teknologi informasi yang tersedia secara tepat guna akan mengubah cara pandang mereka dalam mengajar para siswa. Melalui TIK, interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui tatap muka namun bisa dilakukan melalui internet. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
 Pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran juga telah memunculkan tren baru bernama cyber teaching atau pengajaran maya. Sebuah proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini adalah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
  • e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
  • pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
  • memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.

Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Centerted Classroom), Teleconferencing, dan WBT (Web-Based Training). Semua model pembelajaran ini bisa diaplikasikan untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di daerah perbatasan secara bertahap.
Internet sebagai salah satu pengembangan TIK sangat potensial untuk diaplikasikan sebagai media pembelajaran. Kehadiran internet diakui telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.
Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan.


Kehadiran TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan zaman.
Gambaran di atas kiranya bisa mengantarkan kita untuk membayangkan wajah pendidikan di daerah perbatasan Indonesia. Melalui TIK, pelaku pendidikan lokal yang tersebar di daerah perbatasan bisa terus terhubung dengan pelaku pendidikan lain yang dinilai lebih maju. Kunci dari upaya besar ini adalah membangun jaringan komunikasi antarguru, antarsekolah, hingga antarsiswa. Jejaring komunikasi yang terbangun juga makin memudahkan Kemendiknas dalam mengarahkan pengelola sekolah di daerah perbatasan guna meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi para siswanya. Semoga Bermanfaat..